Berawal dari pertemuan singkat di Perumahan Artas Permai Jl Damanhuri Samarinda pada kisaran bulan oktober 1998, lalu sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan melangsungkan pertunangan yang dilaksanakan di Lolak , Bolaang Mongondow pada Bulan Mei 1999, Setahun kemudian tepat pada tanggal 12 Mei 2000 melangsungkan Acara Pernikahan di Desa Mongkoinit, Kec Lolak Kab Bolaang Mongondow Sulut.
![]() |
Sesaat setelah Akad Nikah 12 Mei 2000 |
![]() |
Manado, 12 Mei 2000 |
Saat ini keluarga kecil kami menempati rumah sederhana di wilayah Samarinda, yang berlokasi di Perumahan Loa Janan Indah Blok E/14 , Jl Sukarno Hatta Km.1 Loa Janan Samarinda.
Perkawinan kami semakin lengkap ketika tahun 2001, lebih tepatnya tanggal 26 Maret 2001 kami dikaruniai seorang Putri, dengan ucapan Basmalah serta Permohonan Do'a, kami beri putri pertama ini dengan Nama : RICHA REINDRA ANGGRAENI , dua tahun kemudian tepatnya tanggal 30 September 2003, kami kembali dikaruniai seorang putri , dan dengan ucapan Basmalah serta Permohonan Do'a pula , kami beri putri kedua kami ini dengan Nama : RULLY RAYI ANGGRAENI, Delapan tahun berlangsung akhirnya kami dikaruniai seorang Putra yang sangat kami dambakan kehadirannya, agar bisa menjadi pelindung bagi kedua saudara perempuannya, Karenanya dengan ucapan Basmalah serta Permohonan Do'a, maka kami beri putra Ketiga kami ini dengan Nama : GEZAG GUMILANG.
KEMBALI KE SAMARINDA
Tidaklah mudah bagi sebuah pasangan yang baru terbentuk serta jauh dari sanak keluarga, Belum genap sepuluh hari setelah pesta perkawinan kami harus berangkat kembali ke Samarinda , tidak ada pesawat yang rutenya direct dari Manado ke Balikpapan maupun dari Manado ke Samarinda, Kapal lautpun juga begitu harus menunggu jadwal kapal yang berangkat dari Jayapura, maka dengan keberanian dan keyakinan kami berangkat dari Sulawesi Utara menuju Sulawesi Selatan menggunakan jasa angkutan darat, tidak terbayang serta di luar perhitungan ternyata perjalanan itu menempuh waktu 3 hari 4 malam., Ditengah perjalanan ketika kendaraan yang kami tumpangi melewati wilayah konfik sekitar Poso sekitar pukul 02.00 Wite, kendaraan diblokir oleh sekelompok pemuda dengan menggunakan senjata Samurai, mereka menggosokkan Samurai ke atas aspal sehingga muncul percikan api, sempat terpikir mungkin saat ini semua akan berakhir. Ada beberapa orang angkatan bersenjata tergabung dalam kendaraan yang kami tumpangi tetapi mereka tidak bisa berbuat apa apa kecuali mengikuti keinginan pemuda setempat untuk melakukan sweaping, Harus kami akui kekuatan Do'a adalah segalanya , melalui kecerdikan kernek bis angkutan kami terselamatkan , ketika sweaping berlangsung kernek bis diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan Ban kendaraan yang saat itu secara kebetulan mendapatkan masalah (ban kempes tiba-tiba), Kernek bis diberi kesempatan untuk mencari alat untuk mengganti ban, namun yang dilakukan oleh kernek tersebut bukannya pergi ke bengkel melainkan kesebuah rumah yang penghuninya adalah tokoh agama daerah setempat , tidak berapa lama kernek tersebut datang bersama tokoh agama tersebut yang belakangan diketahui adalah seorang Pendeta, dan memerintahkan agar seluruh pemuda menghentikan sweaping serta memberikan kesempatan seluruh awak angkutan untuk melakukan penggatian ban , dan sementara penggantian ban seluruh penumpang dipersilahkan istirahat di sekitar rumah tokoh agama tersebut sambil menikmati minuman hangat, Alhamdulillah. akhirnya kamipun dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
Persiapan menuju mahligai rumahtangga yang baru, memanglah belum siap seratus persen, karena rumah yang kami beli melalui developer Rika Bersaudara belum kelar sepenuhnya , belum terpasang air dan listrik sehingga setibanya di Samarinda kami harus menempati kamar kos selama 1 bulan lebih, yang luas ukurannya adalah 2 X 3 meter serta ranjang sederhana ukuran 80cm X 180cm , sampai suatu saat tidak mampu menampung beban kami berdua sehingga ranjang tersebut roboh.
Sampai akhirnya pada pertengahan bulan Juli tahun 2000 kami paksakan untuk pindah menempati rumah mungil type 36, yang sampai saat ini menjadi istana kami sekeluarga.
MENANTI KELAHIRAN PUTRI PERTAMA
Efek dari perjalanan yang menegangkan mengakibatkan sedikit rasa troumatis untuk istri sehingga kehamilannya tertunda, sampai suatu hari ketika terlambat datang bulan dan kami segera mempersiapkan alat uji tes kehamilan. Tengah malam kami bangun untuk melakukan pengujian, Alhamdulillah Positif , Ada banyak perasaan yang bisa kami rasakan saat itu , Senang dan Gembira karena akan segera mendapatkan keturunan serta Gundah, Gelisah , Galau atau apapun namanya, karena sebagai keluarga yang baru terbentuk, kami cukup sadar dengan kemampuan saat itu, rumah tinggal belum bisa dikatakan layak apalagi sempurna , tetangga belum saling kenal , sanak keluarga tidak ada yang bisa di jangkau dalam hitungan jam. Akhirnya muncul satu pertanyaan yang tersimpan rapi "Benarkan Aku akan mempunyai seorang Anak..? , Sanggupkan aku membesarkannya sementara semua kondisi belum tertata rapi " , Namun Keyakinan serta Kekuatan Jiwa muncul seketika, karena diluar kesadaran Allah telah memberikan isyarat lewat jalan yang tidak kami duga sebelumnya , Allah membuka pikiran serta menghapus semua keragua-raguan dengan memberikan gambaran nyata "Anak ayam tetangga dengan riang gembira mencari makan di depan rumah, ' , dan akhirnya muncul satu kesimpulan sederhana "ALLAH TELAH MEMBERIKAN REZEKI YANG CUKUP UNTUK SETIAP MAKHLUK NYA.", Terima Kasih Ya Allah....
Masa masa kehamilan usia muda sungguh menyenangkan walaupun kadang kala ada beberapa rintangan dan hambatan yang terasa cukup berat , beberapa diantaranya yang tidak pernah bisa kami lupakan adalah ketika melakukan pemeriksaan kehamilan di Samarinda, betapa nelangsanya saat itu, kendaraan belum punya sehingga kami berdua harus menempuh jalan kaki melewati jembatan Mahakam, karena sudah melewati batas waktu operasi angkutan kota, selepas melewati jembatan mahakam kami harus terpaksa mengikuti kemauan seorang sopir angkutan karena dia melakukan tekanan dan pemaksaan, Ditengah jalan persis di puncak Gunung Lipan, sopir angkutan kota memberikan ultimatum dengan dua pilihan "Turun disini atau tambah sejumlah uang baru nanti saya antar", dapat dibayangkan kondisi gunung lipan pada saat itu, belum ada penerangan jalan apalagi rumah hunian, akhirnya dengan sangat terpaksa kami turuti kemauan sang sopir dengan menambah sejumlah uang, sehingga kami diantar sampai tempat pencucian mobil di sekitar wilayah sengkotek, Namun hikmah terbesar dari kejadian tersebut adalah , Kami mempunyai semangat hidup jauh lebih kuat, dengan satu angan angan dan harapan besar yaitu harus punya kendaraan, dan syukur Alhamdulillah, Allah membukakan telah jalan dan mewujudkan harapan dan do'a-do'a kami.
Tanggal 24 Maret 2001, Istri sudah mulai mununjukkan tanda tanda akan melahirkan, kami bergegas berangkat menuju tempat bersalin RS ibu Dan Anak Aisyah Samarinda, rupanya proses melahirkan tidak semudah yang kami bayangkan, beberapa orang bilang Istri darah kijangan, karena tanggal 25 sudah pecah ketuban tetapi tidak ada tanda tanda pembukaan, akhirnya dokter memutuskan harus dirangsang, ternyata proses adalah proses yang sangat "menyiksa", sakit luar biasa, dalam kondisi fisik kurang prima, suasana ruang bersalin yang sangat dingin karena AC , membuat Virus Malaria yang pernah diidap istri kembali menyerang, sampai akhirnya pada hari senin tanggal 26 Maret 2001 tepat pukul 19.17 Putri kami lahir dengan selamat, dan kami berikan sebuah nama RICHA REINDRA ANGGRAINI. Alhamdulillah Ya Allah.
Pengalaman proses kehamilan serta melahirkan putri pertama, membuat mental kami menjadi lebih siap untuk menyambut kehadiran putri kedua, tidak ada kendala yang significant sehingga semua berjalan dengan normal sampai pada akhirnya disaat mendekati tanggal kelahiran , Dokter Syafardi Ibrahim yang menangani pemeriksaan rutin kehamilan memvonis bahwa, Janin di dalam kandungan Istri dalam kondisi tidak normal dan harus dilakukan tindakan operasi. Astagfirullah.... medengar kalimat itu kami syock dan terbayang beberapa kesulitan akan datang , namun tidak ada pilihan keselamatan Istri beserta janin menjadi Taruhannya , Akhirnya semua berkas aku tanda tangani sebagai syarat persetujuan Operasi .
Diantara kebimbangan dan masih berharap datangnya suatu keajaiban , kami berdua memutuskan untuk keluar dari Rumah Sakit dengan membawa semua berkas persetujuan yang sudah di tandatangani , Subuh pagi buta disaat penjaga Rumah Sakit lelap tertidur kami mengambil seluruh berkas dan pergi menggunakan angkutan kota, Beberapa saat setelah angkutan kota bergerak menuju terminal , beberapa pertanyaan muncul diantara keheningan kami berdua , " Apa yang akan terjadi seandainya tiba tiba diatas angkutan kota sudah mengalami pembukaan , Apa yang akan terjadi seandainya dokter dan rumah sakit tahu ada salah satu pasiennya melarikan diri , Apa yang akan terjadi seandainya rumah sakit melakukan claim ke perusahaan, serta beberapa pertanyaan lain tentang kegelid\sahan kami..
Akhirnya berbekal keragu-raguan kami terpaksa kembali ke Rumah Sakit , dan masuk ke ruang Perawatan.
Tepat jam 9 pagi perawat rumah sakit membawa Istri ke Ruang persalinan untuk dilakukan pemeriksaan awal , setelah melakukan pemeriksaan secara manual , perawat berkata "Kenapa harus operasi pak, kondisi kesehatan ibu dan janin sangat sehat", Sejenak kami bersyukur namun masih belum tahu apa yang harus kami lakukan , akhirnya kami minta bantuan ke perawat untuk menyampaikan kondisi ini ke dokter yang akan melakukan eksekusi operasi dan meminta agar persalinan bisa dilakukan secara normal, Dan tepat pada hari selasa tanggal 30 September tepat pukul 17.55 Wite Putri Kedua kami lahir dengan Berat Badan 3.1Kg dan Panjang 51 Cm. dan kami berikan sebuah nama RULLY RAYI ANGGRAINI Alhamdulillah Ya Allah.
KEMBALI KE SAMARINDA
Tidaklah mudah bagi sebuah pasangan yang baru terbentuk serta jauh dari sanak keluarga, Belum genap sepuluh hari setelah pesta perkawinan kami harus berangkat kembali ke Samarinda , tidak ada pesawat yang rutenya direct dari Manado ke Balikpapan maupun dari Manado ke Samarinda, Kapal lautpun juga begitu harus menunggu jadwal kapal yang berangkat dari Jayapura, maka dengan keberanian dan keyakinan kami berangkat dari Sulawesi Utara menuju Sulawesi Selatan menggunakan jasa angkutan darat, tidak terbayang serta di luar perhitungan ternyata perjalanan itu menempuh waktu 3 hari 4 malam., Ditengah perjalanan ketika kendaraan yang kami tumpangi melewati wilayah konfik sekitar Poso sekitar pukul 02.00 Wite, kendaraan diblokir oleh sekelompok pemuda dengan menggunakan senjata Samurai, mereka menggosokkan Samurai ke atas aspal sehingga muncul percikan api, sempat terpikir mungkin saat ini semua akan berakhir. Ada beberapa orang angkatan bersenjata tergabung dalam kendaraan yang kami tumpangi tetapi mereka tidak bisa berbuat apa apa kecuali mengikuti keinginan pemuda setempat untuk melakukan sweaping, Harus kami akui kekuatan Do'a adalah segalanya , melalui kecerdikan kernek bis angkutan kami terselamatkan , ketika sweaping berlangsung kernek bis diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan Ban kendaraan yang saat itu secara kebetulan mendapatkan masalah (ban kempes tiba-tiba), Kernek bis diberi kesempatan untuk mencari alat untuk mengganti ban, namun yang dilakukan oleh kernek tersebut bukannya pergi ke bengkel melainkan kesebuah rumah yang penghuninya adalah tokoh agama daerah setempat , tidak berapa lama kernek tersebut datang bersama tokoh agama tersebut yang belakangan diketahui adalah seorang Pendeta, dan memerintahkan agar seluruh pemuda menghentikan sweaping serta memberikan kesempatan seluruh awak angkutan untuk melakukan penggatian ban , dan sementara penggantian ban seluruh penumpang dipersilahkan istirahat di sekitar rumah tokoh agama tersebut sambil menikmati minuman hangat, Alhamdulillah. akhirnya kamipun dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
Persiapan menuju mahligai rumahtangga yang baru, memanglah belum siap seratus persen, karena rumah yang kami beli melalui developer Rika Bersaudara belum kelar sepenuhnya , belum terpasang air dan listrik sehingga setibanya di Samarinda kami harus menempati kamar kos selama 1 bulan lebih, yang luas ukurannya adalah 2 X 3 meter serta ranjang sederhana ukuran 80cm X 180cm , sampai suatu saat tidak mampu menampung beban kami berdua sehingga ranjang tersebut roboh.
Sampai akhirnya pada pertengahan bulan Juli tahun 2000 kami paksakan untuk pindah menempati rumah mungil type 36, yang sampai saat ini menjadi istana kami sekeluarga.
MENANTI KELAHIRAN PUTRI PERTAMA
Efek dari perjalanan yang menegangkan mengakibatkan sedikit rasa troumatis untuk istri sehingga kehamilannya tertunda, sampai suatu hari ketika terlambat datang bulan dan kami segera mempersiapkan alat uji tes kehamilan. Tengah malam kami bangun untuk melakukan pengujian, Alhamdulillah Positif , Ada banyak perasaan yang bisa kami rasakan saat itu , Senang dan Gembira karena akan segera mendapatkan keturunan serta Gundah, Gelisah , Galau atau apapun namanya, karena sebagai keluarga yang baru terbentuk, kami cukup sadar dengan kemampuan saat itu, rumah tinggal belum bisa dikatakan layak apalagi sempurna , tetangga belum saling kenal , sanak keluarga tidak ada yang bisa di jangkau dalam hitungan jam. Akhirnya muncul satu pertanyaan yang tersimpan rapi "Benarkan Aku akan mempunyai seorang Anak..? , Sanggupkan aku membesarkannya sementara semua kondisi belum tertata rapi " , Namun Keyakinan serta Kekuatan Jiwa muncul seketika, karena diluar kesadaran Allah telah memberikan isyarat lewat jalan yang tidak kami duga sebelumnya , Allah membuka pikiran serta menghapus semua keragua-raguan dengan memberikan gambaran nyata "Anak ayam tetangga dengan riang gembira mencari makan di depan rumah, ' , dan akhirnya muncul satu kesimpulan sederhana "ALLAH TELAH MEMBERIKAN REZEKI YANG CUKUP UNTUK SETIAP MAKHLUK NYA.", Terima Kasih Ya Allah....
Masa masa kehamilan usia muda sungguh menyenangkan walaupun kadang kala ada beberapa rintangan dan hambatan yang terasa cukup berat , beberapa diantaranya yang tidak pernah bisa kami lupakan adalah ketika melakukan pemeriksaan kehamilan di Samarinda, betapa nelangsanya saat itu, kendaraan belum punya sehingga kami berdua harus menempuh jalan kaki melewati jembatan Mahakam, karena sudah melewati batas waktu operasi angkutan kota, selepas melewati jembatan mahakam kami harus terpaksa mengikuti kemauan seorang sopir angkutan karena dia melakukan tekanan dan pemaksaan, Ditengah jalan persis di puncak Gunung Lipan, sopir angkutan kota memberikan ultimatum dengan dua pilihan "Turun disini atau tambah sejumlah uang baru nanti saya antar", dapat dibayangkan kondisi gunung lipan pada saat itu, belum ada penerangan jalan apalagi rumah hunian, akhirnya dengan sangat terpaksa kami turuti kemauan sang sopir dengan menambah sejumlah uang, sehingga kami diantar sampai tempat pencucian mobil di sekitar wilayah sengkotek, Namun hikmah terbesar dari kejadian tersebut adalah , Kami mempunyai semangat hidup jauh lebih kuat, dengan satu angan angan dan harapan besar yaitu harus punya kendaraan, dan syukur Alhamdulillah, Allah membukakan telah jalan dan mewujudkan harapan dan do'a-do'a kami.
Tanggal 24 Maret 2001, Istri sudah mulai mununjukkan tanda tanda akan melahirkan, kami bergegas berangkat menuju tempat bersalin RS ibu Dan Anak Aisyah Samarinda, rupanya proses melahirkan tidak semudah yang kami bayangkan, beberapa orang bilang Istri darah kijangan, karena tanggal 25 sudah pecah ketuban tetapi tidak ada tanda tanda pembukaan, akhirnya dokter memutuskan harus dirangsang, ternyata proses adalah proses yang sangat "menyiksa", sakit luar biasa, dalam kondisi fisik kurang prima, suasana ruang bersalin yang sangat dingin karena AC , membuat Virus Malaria yang pernah diidap istri kembali menyerang, sampai akhirnya pada hari senin tanggal 26 Maret 2001 tepat pukul 19.17 Putri kami lahir dengan selamat, dan kami berikan sebuah nama RICHA REINDRA ANGGRAINI. Alhamdulillah Ya Allah.
PUTRI KEDUA
MENAMBAH SEMARAK KELUARGA.Pengalaman proses kehamilan serta melahirkan putri pertama, membuat mental kami menjadi lebih siap untuk menyambut kehadiran putri kedua, tidak ada kendala yang significant sehingga semua berjalan dengan normal sampai pada akhirnya disaat mendekati tanggal kelahiran , Dokter Syafardi Ibrahim yang menangani pemeriksaan rutin kehamilan memvonis bahwa, Janin di dalam kandungan Istri dalam kondisi tidak normal dan harus dilakukan tindakan operasi. Astagfirullah.... medengar kalimat itu kami syock dan terbayang beberapa kesulitan akan datang , namun tidak ada pilihan keselamatan Istri beserta janin menjadi Taruhannya , Akhirnya semua berkas aku tanda tangani sebagai syarat persetujuan Operasi .
Diantara kebimbangan dan masih berharap datangnya suatu keajaiban , kami berdua memutuskan untuk keluar dari Rumah Sakit dengan membawa semua berkas persetujuan yang sudah di tandatangani , Subuh pagi buta disaat penjaga Rumah Sakit lelap tertidur kami mengambil seluruh berkas dan pergi menggunakan angkutan kota, Beberapa saat setelah angkutan kota bergerak menuju terminal , beberapa pertanyaan muncul diantara keheningan kami berdua , " Apa yang akan terjadi seandainya tiba tiba diatas angkutan kota sudah mengalami pembukaan , Apa yang akan terjadi seandainya dokter dan rumah sakit tahu ada salah satu pasiennya melarikan diri , Apa yang akan terjadi seandainya rumah sakit melakukan claim ke perusahaan, serta beberapa pertanyaan lain tentang kegelid\sahan kami..
Akhirnya berbekal keragu-raguan kami terpaksa kembali ke Rumah Sakit , dan masuk ke ruang Perawatan.
Tepat jam 9 pagi perawat rumah sakit membawa Istri ke Ruang persalinan untuk dilakukan pemeriksaan awal , setelah melakukan pemeriksaan secara manual , perawat berkata "Kenapa harus operasi pak, kondisi kesehatan ibu dan janin sangat sehat", Sejenak kami bersyukur namun masih belum tahu apa yang harus kami lakukan , akhirnya kami minta bantuan ke perawat untuk menyampaikan kondisi ini ke dokter yang akan melakukan eksekusi operasi dan meminta agar persalinan bisa dilakukan secara normal, Dan tepat pada hari selasa tanggal 30 September tepat pukul 17.55 Wite Putri Kedua kami lahir dengan Berat Badan 3.1Kg dan Panjang 51 Cm. dan kami berikan sebuah nama RULLY RAYI ANGGRAINI Alhamdulillah Ya Allah.
KELAHIRAN PUTRA KE TIGA
MELENGKAPI KEBAHAGIAN KELUARGA.
Beberapa tahun berselang setelah kelahiran putri kedua, istri mengalami sakit dengan keluhan di sekitar perut dan Dokter yang menangani perawatan memberikan penjelasan bahwa penyakit yang diderita istri adalah Infeksi Kantong Rahim dengan luka bernanah sepanjang 5 s/d 7 cm , sehingga harus melakukan perawatan intensif dengan pemeriksaan kesehatan setiap satu minggu satu kali, sampai suatu saat ketika jam menunjukkan 00.30 , Dokter memberikan rujukan harus opmane di Rumah Sakit selama 8 hari, dan kesehatan berangsur angsur pulih , sampai akhirnya kami tahu bahwa istri hamil untuk anak yang ketiga.
Awal kemilan yang ketiga praktis tidak mengalami masalah yang berarti , suatu saat istri mengalami pendarahan dan mulai melakukan pemeriksaan dari satu bidan ke bidan yang lain serta dari satu dokter kandungan yang satu ke dokter kandungan yang lain, Bahkan suatu hari ketika pemeriksaan salah seorang Dokter meng-analogi-kan tentang kehamilan dan penyakit istri bahwa "ketika ada luka di dalam perut seorang yang sedang hamil, maka ibarat balon yang rentas, ketika balon itu ditiup maka rentas itu akan membesar dan akhirnya akan meledak" ,,,, AllahuAkbar , sungguh analogi yang sangat mengerikan, namun berbekal keyakinan bahwa "Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan maklukNya", kami melakukan Isthigfar, dengan melakukan pengobatan pengabatan Medis serta Alternatif, akhirnya pada tanggal 18 Mei 2011 kami melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit A.Muis , dan Dokter memutuskan harus dilakukan tindakan operasi karena posisi janin tidak bisa keluar serta sudah mengalami pendarahan, Sama persis dengan proses kelahiran putri kedua , kegelisahan serta ketakutan menyelimuti pikiran kami berdua, Kami pulang kerumah dengan kegalauan dan ketidakjelasan ,Beruntung kami mempunyai beberapa orang yang membentuk sinergi persaudaraan cukup tinggi , Mereka memberikan pemahaman positif serta dorongan mental yang luar biasa, Eksekusi dokter untuk melakukan proses persalinan lewat pembedahan dengan keihlasan penuh harus dilaksanakan demi keselamatan ibu dan janin, "Terima kasih Geng Merah, semangatmu adalah motivasi kami"..
Akhirnya dengan pengorbanan mental yang cukup berat, putra ketiga kami lahir dengan selamat dan mulai menghirup udara bebas tepat pada hari rabu tanggal 18 Mei 2011 pukul 14.20 Wite dengan berat badan 3.15 Kg serta panjang badan 52 Cm , Terima kasih Ya Allah, Rahmad-Mu adalah segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar